NAURA MENCARI SURGA
Karya: Fathia Nurul Haq
Di rumah kecil
seberang jalan, di Dusun Sukamaju terdapat satu keluarga kecil yang sederhana.
Waktu menunjukkan sore hari namun udara masih terasa panas karena siang hari
matahari terasa menyengat, Naura berkata kepada Ummi, “Mi, aku berangkat
mengaji dulu ya!”. “Iya Naura, hati-hati ya sayang!” jawab Ummi. Langkah Naura
sangat bersemangat karena nanti setelah mengaji, Pak Ustadz akan bercerita
tentang Syurga. Langkah Naura terhenti ketika Lala sahabatnya, memanggil.
“Naura, bareng tunggu aku!”, “Eh, Lala yang cantik, ayo cepat!” Kata Naura.
Dalam perjalanan ke masjid Naura bertanya kepada Lala, “Aku penasaran nih!
Cerita Pak Ustadz tentang Surga nanti gimana ya?” tanya Naura kebingungan,
“Kita lihat saja nanti! Tapi sepertinya seru ya Ra!” kata Lala. “Semoga saja
La!.” kata Naura dan mereka pun melanjutkan perjalanan ke masjid.
Setelah sampai di masjid
Lala, Naura, dan teman-teman lainya menyiapkan Al-Qur’an masing-masing dan
membacanya sambil dibimbing oleh Pak Ustadz, setelah selesai satu halaman Pak
Ustadz menyudahi kami membaca Al-Qur’an. “Oke, anak-anak kita sudahi dulu
tadarus, hari ini Pak Ustadz akan bercerita!” kata Pak Ustadz, “Baik Pak
Ustadz!” kata anak-anak serempak, “Pak Ustadz akan bercerita tentang Surga.” kata
Pak Ustadz, “Pak Ustadz Surga itu apa sih?” tanya Naura, “Naura, Surga itu
tempat orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.”
kata Pak Ustadz menjawab, “Pak Ustadz! Orang-orang yang beriman dan bertaqwa
itu orang Islam ya?” tanya Naura lagi, “Betul sekali! Tetapi terkadang orang
Islam itu ada juga yang tidak beriman dan bertaqwa Naura.” kata Pak Ustadz,
“Kenapa begitu Pak Ustadz? Bukannya orang Islam itu harus beriman dan bertaqwa
kepada Allah?” kata Lala bertanya, “Iya, jika tidak beriman dan bertaqwa kepada
Allah, akan mendapatkan dosa yang sangat
besar, apalagi jika menyembah selain Allah, tambah besar pula dosanya!” jelas
Pak Ustadz panjang lebar.
“Pak Ustadz, Surga itu tempat siapa lagi
selain tempat orang yang beriman dan bertaqwa?” tanya Salma teman dekat Naura,
“Selain untuk orang yang beriman dan bertaqwa juga diperuntukkan untuk orang
yang tidak pernah bolos shalat 5 waktu, tidak pernah melanggar perintah Allah,
selalu menghormati dan menaati nasihat orang tua, menyayangi dan selalu berbuat
baik kepada sesama, rajin belajar, serta masih banyak lagi Salma!” jawab Pak
Ustadz, “Pak Ustadz, saya ingin masuk
Syurga bersama keluarga saya!” kata Naura, “Iya, semuanya pasti ingin masuk Surga,
tidak ada yang ingin masuk Neraka, iya khan?” kata Pak Ustadz, “Iya Pak!” jawab
anak-anak serempak, “Pak, saya pernah mendengar jika Surga itu di telapak kaki
Ibu, maksudnya apa Pak Ustadz?” tanya Lala, “Maksudnya adalah kehidupan kita
diwajibkan untuk menghormati orang tua kita!” jawab Pak Ustadz, “Ooo begitu
Pak!” kata Lala, “Sepertinya, sudah mau Maghrib, kita sudahi dulu ceritanya ya!
Besok kita sambung lagi!” kata Pak Ustadz.
“Pak tunggu! Mmm… tempat Surga itu dimana
ya?” tanya Naura dengan nada kebingungan, “Ini pertanyaan terakhir ya
anak-anak! Tempat dimana Syurga hanya Allah lah yang tahu pasti, Pak Ustadz kan
belum pernah pergi ke sana karena belum punya
tiket!” kata Pak Ustadz menghibur anak-anak agar tidak sedih, “Pak, boleh
pulang sekarang tidak?” tanya Naura, “Ya silahkan semuanya boleh pulang!” kata
Pak Ustadz, “Baik Pak Ustadz! assalamu ‘alaikum!” kata anak-anak, “Wa‘alaikum
salam anak-anak.” jawab Pak Ustadz.
Sore itu, Naura
dan Lala pulang ke rumah dengan gembira. Naura dan Lala sudah tidak penasaran
lagi dengan cerita Surga yang dijelaskan oleh Pak Ustadz. Sesampainya di rumah
Naura mengetuk pintu rumahnya, “Assalamu’alaikum Ummi!” kata Naura, “Wa’alaikum
salam!” jawab Ummi, “Mi, masuk yuk! Dingin nih!” kata Naura sambil bersedekap,
“Yuk, waduh! Anak Ummi kedinginan ya?” kata Ummi, “ Mi, aku senang sekali tadi
aku dan teman-teman mendengarkan cerita Pak Ustadz dan berkesempatan untuk bertanya
kepadanya!” kata Naura dengan ceria, “Oh ya? Cerita apa Naura?” kata Ummi, “Cerita
Surga Mi!” jawab Naura, “Surga? Wah pasti asyik ya, mendengarkan cerita Pak
Ustadz?” kata Ummi, “Mi, suatu saat, aku akan pergi ke Surga, kalau aku sudah
punya uang!” kata Naura, “Memangnya butuh uang ya, untuk pergi ke Surga?” tanya
Ummi, “Iya, kata Pak Ustadz beli tiket dulu kalau ingin pergi ke Surga!” ujar
Naura yakin, “Aneh-aneh saja anak Ummi ini!” kata Ummi sambil menggeleng-geleng
kepala, “Ummi tahu nggak, tempat Surga itu dimana?” tanya Naura, “Di tempat
yang tinggi!” kata Ummi sambil menunjuk ke atas, “Ya sudah Mi, aku Shalat Maghrib
dulu ya!” kata Naura seraya menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu,
lalu Naura memakai mukena kecil warna
oranye kesayangannya, dan beranjak ke mushola rumahnya.
Setelah Naura
Shalat Maghrib, Naura mendekati Umminya yang sedang menyiapkan makanan untuk
makan malam, “Mi, aku boleh lihat telapak kaki Ummi nggak?” tanya Naura,
“Boleh, kamu mau lihat apa sih, di telapak kaki Ummi?” kata Ummi, “Lho, Mana Surganya?”
kata Naura sambil membolak-balik kaki Umminya, “Surga apa sayang?” kata Ummi,
“Surga di telapak kaki Ibu Mi,” kata Naura sambil menepuk-nepuk telapak kaki
Ummi, “kata-kata itu kan ada maksudnya, memangnya belum dikasih tahu ya sama
Pak Ustadz?” tanya Ummi, “Ya sudah Mi!” kata Naura, “Apa, coba kasih tahu sama
Ummi?” tanya Ummi, “Mmm..., intinya saja
ya Mi!” kata Naura sambil menawar, “Iya Naura sayang!” kata Ummi sambil mengusap-usap
rambut Naura, “Eee…, apa ya? Ini Mi! kita diwajibkan untuk menghormati orang
tua, kayaknya gitu mi!” jawab Naura, “Ooo… gitu ya !” kata Ummi, “Mi, aku mau
lihat Surga ke luar aah…!” kata Naura, “Memang ada?” Tanya Ummi, “Kata Ummi
ada, gimana sih Ummi ini!” kata Naura, “Ya sudah sana!” Kata Ummi.
Di gudang rumahnya Naura mencari-cari
tangga yang akan digunakanya untuk naik ke atap rumah, “Waduh! Tangganya di
mana ya? Nah, itu dia!” kata Naura sambil membawa tangga ke luar gudang sambil
tertatih-tatih, dibawanya tangga itu ke luar rumah, “Assalamu ‘alaikum Naura,
kamu lagi apa? Kok bawa-bawa tangga, memang nggak keberatan butuh bantuan nggak?”
tanya Salma, “Wa ‘alaikum salam Sal, ini aku mau cari Surga, kata Ummiku Surga
ada di atas!” sambung Naura, “Kamu aneh-aneh saja cari Surga di atas genting,
ya nggak bakal ketemu lah!” kata Salma menasihati Naura “Ya aku cari dulu nanti
kalau ketemu, aku kasih tahu kamu deh!” kata Naura lagi, “Ya sudah terserah
kamu saja! Hati-hati lho awas jatuh!” kata Salma, “Iya Sal, aku dah ahli kok!”
jawab Naura. “Besok berangkat ke sekolah bareng ya!” kata Salma sambil berlari
menuju rumahnya, “Duh Salma-Salma belum jawab sudah lari saja!” kata Naura
sambil menggeleng-geleng kepalanya.
“Naura, makan dulu nak!” panggil Ummi,
“Sebentar lagi Mi!” kata Naura, “Cepat sedikit ya sayang!” kata Ummi kembali. “Aduh,
susah amat sih naiknya! Sebel deh, fiuuh… akhirnya bisa naik juga, lho! Mana Surganya?”
kata Naura sambil melihat ke atas langit, “Naura sayang, sudah siap nih
makanannya, ayo makan!” kata Ummi sekali lagi memanggil Naura, “Iya Mi, aku
kesitu sekarang deh!” kata Naura sambil menuruni tangga dengan hati-hati.
Seusai menuruni tangga, Naura pun menuju
ke meja makan, “Yuk-yuk makan dulu!” kata Ummi mengajak Naura makan bersamanya
karena Abi Naura sedang bertugas ke luar kota. Setelah Naura dan Ummi selesai makan kemudian Ummi
mengajak Naura shalat Isya’ berjamaah lalu tidur bersama dengan sangat nyenyak.
Esoknya, Naura
mandi dan sarapan, lalu berpamitan kepada Umminya untuk berangkat sekolah,
didepan rumahnya telah ada Salma, yang kemarin telah berjanji untuk
membarenginya berangkat sekolah. “Hai, assalamu’alaikum Salma, Lala ngajak kamu
bareng nggak?” kata Naura, “Iya, ini Lala di belakang tubuhku!” kata Salma
sambil menunjuk Lala yang bersembunyi di balik tubuhnya, “Hayoo… Lala aku tahu
lho kalau kamu di situ!” kata Naura, “Ya sudah ayo kita berangkat sekolah nanti
telat lho…!” kata Salma menasihati kedua temannya, “Ya udah yuk!” kata Naura
menjawab, lalu mereka pun menaiki angkutan umum menuju ke sekolah mereka yang
berjarak empat kilo.
Setelah mereka
bertiga sampai di sekolah, mereka menyapa Bu guru dan Pak guru yang mereka
lihat di sekeliling sekolah, sampai di kelas Naura bertanya kepada
teman-temannya tentang Surga, “Eh teman-teman di kelas, kalian tahu nggak letak
Surga itu di mana?” tanya Naura, “Naura, kamu nggak usah aneh-aneh deh! Belum
saatnya melihat Surga kok! Lagipula, kalau kita benar-benar meninggal dan masuk Surga, kan kita pasti dibimbing
oleh Allah menuju ke Surga, iya kan teman-teman semua?” kata Dyana menunjukkan
pengetahuannya dengan Surga, “Ho’o… benar kata Dyana!” kata Suci membenarkan
perkataan Dyana, “Hih, sok tahu amat sih kamu Dyana!” kata Naura sedikit kesal.
Hari ini memang menurut Naura sangat asyik tetapi juga
sedikit menyebalkan karena pertanyaan-pertanyaanya tidak dipedulikan oleh
teman-temannya, Naura banyak mendapati jawaban-jawaban yang tak perlu seperti,
“Alah, belum saatnya kok!” itu kata Leana teman sebangkunya, “Memangnya kamu
mau meninggal ya Na?” itu kata Shafira anak yang paling gendut di kelasnya,
“What? Memangnya Surga itu mall ya? Wah asyik dong kalau dah meninggal,?”
sambung Zevana dengan gayanya yang
centil karena Zevana anak paling gaul di sekolah Naura, memang aneh-aneh
jawaban teman-teman ini tetapi Naura tetap menghargai mereka karena sudah mau
menjawab pertanyaannya, tetapi Dodo teman Naura yang sangat sering memenangkan
perlombaan seperti olimpiade, lomba pildacil, menggambar, dan menulis, malah
acuh tak acuh dengan pertanyaan Naura.
Hari siang sudah
berganti sore, saatnya Naura dan teman-temannya pulang sekolah, Naura pulang juga
menggunakan angkutan umum dan berhenti tepat di depan rumah, setiba di rumah
Abi sudah menunggu Naura di halaman depan rumah. “Assalamu ‘alaikum Naura
sayang!” sapa Abi dengan gembira menyambut anak kesayangannya pulang dari
sekolah, “Abi? Kapan pulang Bi?” tanya Naura, “Abi pulang setelah kamu
berangkat sekolah sayang!” jawab Abi, “Bi, mumpung Abi di sini aku mau Tanya
sama Abi tentang Surga, dimana sih Bi tempat Surga berada?” tanya Naura dengan
nada semangat, “Oke tapi Abi dibeliin kopi dulu dong di warung seberang, nanti
sehabis Rara beliin, Abi akan jawab pertanyaan Naura deh!” kata Abi, “Siip deh
Bi,” kata Naura membalikkan badan dengan hati yang gembira karena Abinya
berjanji akan memberi tahu di mana Surga berada, dan beranjak pergi namun suara
Abi menghentikan langkah Naura, “ Naura ini uangnya!” kata Abi mengingatkan Naura,
“Oh iya lupa, Bi!” kata Naura, “Ih anak Abi nih lucu ya!” kata Abi menyindir
Naura.
Saking bersemangatnya Naura akan mendengar
penjelasan Abi, Naura menyeberang jalan raya dengan berlari-lari tanpa melihat
arah kekanan dan kekiri, Naura tidak menyadari dari arah kiri ada mobil yang melaju
sangat kencang, wussss… brakkk… dan
mobil itu pun menabrak tubuh kecil Naura, dengan luka di sekujur tubuhnya Naura
berusaha meminta tolong kepada Abinya “Aaa…, tolong aku Bi!” kata Naura dengan
nada lemah sebelum akhirnya Naura pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit,
sementara itu di dalam rumah Abi terkejut mendengar suara keras, “Mi, suara apa
tuh? aku lihat ke luar dulu ya!” kata Abi dengan cepat melangkah meninggalkan
tempat duduknya, “Iya Bi!” jawab Ummi, sampai di jalan raya Abi syok melihat
anaknya telah tergeletak di jalan raya berceceran darah dan dikerumuni oleh
orang-orang, Abi pun menghampiri anaknya itu, “Sayang… Naura… Ya Allah!” kata
Abi, Ummi pun penasaran dan menuju ke kerumunan itu, “Ada apa Bi? Innalillah
Naura…” betapa terkejutnya Ummi melihat anak semata wayangnya tergeletak lemah
tak berdaya, “Anak kita Mi, ayo kita bawa ke Rumah Sakit, jangan sampai
terlambat, kasihan anak kita kesakitan!” kata Abi cemas, “Masya Allah, Naura,
ayo Bi kita bawa Naura ke Rumah Sakit!” kata Ummi.
Sesampainya di
Rumah Sakit Harapan Bunda, dengan cekatan dokter dan perawat membawa Naura ke
UGD, Umminya menangis melihat Naura
masih pingsan, sambil memandang Naura dari balik jendela ruang UGD, “Naura
sayang, bangun Naura! Ya Allah, selamatkan nyawa anakku, Naura… Ummi ingin
lihat kamu bangun sayang!” kata Ummi sambil berdo‘a, setelah keadaan Naura
stabil Naura pun dibawa ke ruang perawatan. Abi dan Ummi mendampingi anak kesayangannya di sebelah
Naura dibaringkan, sambil mereka berdo’a dan berharap kepada Allah, tak
disangka tiba-tiba Naura sedikit demi sedikit menggerakkan tangannya, “M..mi,
aku di mana Mi?” kata Naura sambil merintih kesakitan, “Kita ada di Rumah Sakit
sayang, kamu tertabrak mobil tadi!” kata Ummi menjelaskan kepada Naura, “Mi aku
mau pulang, aku nggak mau lama-lama di Rumah Sakit!” kata Naura sedikit
berteriak, “Naura, kamu kan belum sembuh, kalau kamu sudah sembuh baru kita
pulang!” kata Ummi menasihati Naura, “Mi, sia-sia saja aku dirawat di Rumah
Sakit, nanti aku juga bisa sembuh sendiri!” kata Naura ngeyel sambil menahan
rasa sakit, “Tetapi kalau kamu dirawat di rumah saja, nanti tidak sembuh-sembuh
lukanya!” sambung Ummi, “Sudah Mi, biarkan Naura istirahat dulu.” Kata Abi kepada
Ummi, “Iya Bi, Ummi biarkan Naura istirahat dulu!” kata Ummi mengalah, “Mi, Bi,
tunggu dulu Naura mau memberi sesuatu kepada Ummi dan Abi!” panggil Naura, “Ada
apa, Naura?” kata Abi, “Naura sempat berfirasat Naura akan meninggal, lalu
Naura menulis surat ini untuk Abi dan Ummi, mungkin Abi dan Ummi tidak akan
percaya dengan surat yang aku tulis ini, tetapi ini asli dari firasatku tadi
malam Mi, tolong ambilkan surat yang berada di tasku ya Mi.” kata Naura, “Surat
apa sayang?” Tanya Ummi sambil membuka tas Naura, “Itu Mi selembar kertas yang
ada di saku depan!” kata Naura menjelaskan, “Mi, Bi, tolong di baca dengan
saksama ya!” kata Naura.

Tiba-tiba suasana
menjadi hening, “Mi, Bi? Kalian nggak apa-apa khan?” kata Naura, “Kamu nggak
serius kan sayang?” tanya Abi sambil menahan air matanya, sementara Ummi
menangis terharu melihat Surat yang dibuat oleh anak semata wayangnya, “Aku
nggak tahu Bi, tetapi aku berfirasat begitu tadi malam.” kata Naura meyakinkan
Abinya yang tidak percaya, “Bi, sepertinya Naura akan dipanggil oleh Allah.” kata
Ummi sedikit berbisik, “Nggak mungkin Mi, Abi belum lama bersama dengan anak
Abi, Abi sudah harus berpisah selamanya dengan dia!” kata Abi sedikit bersedih,
“Mi, Bi, bantu aku mengucap kalimat Syahadat aku melihat cahaya didepanku!”
kata Naura sambil berteriak ketakutan, “Ayo sayang kita mengucap kalimat
Syahadat!” kata Ummi, “Asyhadu alla ila ha
illallah, wa asyhadu anna Muhammadurrasulullah.” kata Naura dengan lirih
(kata-kata terakhir Naura,), “N..Naura? sayang, jangan pergi nak, ya Allah,
jangan ambil anakku!” kata Ummi menangis histeris, “Mi, sudah Mi, kita harus
mengikhlaskan Naura di panggil Allah, kita nggak bisa merubah takdir yang sudah
di beri Allah untuk kita!” kata Abi menasihati Ummi, “Iya Bi.” kata Ummi dengan
hati ikhlas.
Naura Nur
Ramadhania, sudah pergi meninggalkan keluarga tercintanya, lewat
cerita-ceritanya yang lucu Abi dan Ummi mengenang Naura, tangisannya, humornya,
judesnya, cerianya, dan jujurnya selalu diingat oleh Abi, Ummi, dan
teman-temannya, Naura meninggalkan kenangan yang tak bisa dilupakan oleh
keluarganya. Masuk Surga…. itu adalah salah satu cita-citanya, mungkin
cita-citanya itu tercapai, sekarang Naura hanya bersenang-senang jika ia di Surga,
tidak lagi memikirkan tempat di mana Surga, tidak memikirkan Surga seperti apa,
dan petualangan Naura mencari Surga sudah selesai.
***
Fathia begitu teman-temannya akrab memanggil sosok tubuh mungil yang bernama lengkap Fathia Nurul Haq ini. Tubuh kecil tak menghalanginya untuk terus berkarya. Bakat menulisnya sudah mulai terlihat sejak ia kecil. Santriwati kelas 6 kelahiran Magelang, 3 Desember 1999 ini adalah salah satu finalis lomba cerpen dalam olimpiade mata pelajaran JSIT Jateng-DIY Tahun 2011 kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar