Bertumbuh dan Menumbuhkan dalam Naungan JSIT Tercinta

                       


Bertumbuh dan Menumbuhkan dalam Naungan JSIT Tercinta 

Oleh Asri Satiti, S.Pd. G

Guru SD IT Zaid bin Tsabit Mungkid Magelang

 

Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihat, segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Betapa sempurnanya takdir Allah yang telah mengantarkan hamba-Nya yang banyak rombengnya ini untuk bertumbuh dalam kebaikan dan perbaikan bersama JSIT.

 

Penulis semenjak masih menempuh tugas akhir kuliah, di ujung 2016 Allah perkenankan untuk mencicipi pengabdian di Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Lewat perantara seorang kakak tingkat di kampus, penulis akhirnya bisa menjadi bagian dari salah satu SMP IT di daerah Banguntapan, Bantul, yang saat itu sekolah tersebut baru memasuki usia 2,5 tahun. Saya yang sejak dulu sangat ingin hidup di pondok, setelah gagal dalam seleksi santri ponpes mahasiswi, akhirnya berkesempatan tinggal di asrama membersamai adik-adik SMP untuk bertumbuh. Maha Baik Allah memperjalankan saya menjadi musyrifah di sekolah itu.

 

Welcome to the new challenges! Mulailah saya menjumpai nano-nanokehidupan asrama. Membersamai tumbuh kembang pemuda masa kini, di mana saya sama sekali belum berpengalaman hidup di pondok/asrama. Lebih-lebih kala itu saya belum menikah, belum punya anak apalagi seusia SMP, bahkan saya pun anak tunggal yang tidak memiliki adik. MasyaAllah, kalau dikatakan mudah, saya pun pernah menemukan titik lelah. Kalau dikatakan menyenangkan, tentu, namun saya pun pernah menemukan titik jenuh dan tentu saja kepasrahan yang berlipat-lipat.

 

Kenapa? Pernah suatu ketika saya merasa benar-benar lelah dan ingin menyerah, anak-anak dengan segala ulahnya menunjukkan ketidaktaatan mereka pada aturan maupun adab. Saat itu saya sampai tidak tahu harus berbuat apa lagi dan saya utarakan itu di depan mereka sambil menitikkan air mata. Nasihat partner senior kami bahwa sungguh yang perlu dikoreksi bukanlah anak didik kita, melainkan diri kita sendiri. Diri kita sendiri yang sedang tidak baik-baik saja. Tilik kembali kedekatan kita pada Allah. Tilik kembali bacaan Qur'an kita. Tilik kembali malam panjang kita, apakah terisi sujud panjang atau hanya panjangnya dengkuran hingga pagi menjelang. Tilik kembali kebergantungan kita pada-Nya. Sudahkah istiqomah mendoakan mereka? Bukankah kita tidak boleh mengandalkan ikhtiar manusia? Merasa berbangga telah melakukan segala cara, namun lupa untuk semakin bergantung pada-Nya. MasyaAllah, nasihat inilah titik balik diri saya kala itu. Nasihat itulah yang selalu terngiang saat saya menemukan anak didik saya tidak menurut dan taat. Meski kini sudah berganti lembaga dalam naungan yang sama JSIT tercinta, nasihat ini akan menjadi pelecut perbaikan diri saya.

 

Sungguh berada dalam naungan JSIT, membuat saya bertumbuh, karena tidak mungkin kita menumbuhkan mereka anak didik kita tanpa didahului menumbuhkan kebaikan pada diri kita. Tidak mungkin kita mengisi mereka, sementara diri kita kosong tanpa isi, tanpa mau untuk terus belajar dan terus memantaskan diri.

 

Berada dalam naungan JSIT sejak 2016, meski dengan 4 lembaga berbeda kabupaten/kota seiring takdir Allah yang membawa, lembaga JSIT membawa perubahan baik dalam diri saya. Di lembaga yang pertama, saya belajar bagaimana berorganisasi karena padatnya agenda dari satu event ke event berikutnya. Ditambah partner kerja kita yang berasal dari daerah dan background pendidikan yang berbeda, semakin menambah banyaknya ide-ide baik. Rupanya Surah Al Insyirah ayat 8 ini diilhami oleh lembaga-lembaga tempat saya mengabdi selanjutnya, "maka setelah selesai suatu urusan, bekerja keraslah untuk urusan selanjutnya". Event yang beruntun bahkan kepanitiaan yang seringkali berbeda jobdesknya, membuat kita menjadi jiwa-jiwa tangguh yang tahan banting rupanya.

 

Bersama JSIT pula, saya belajar bagaimana mendidik dan menjaga fitrah anak bersama pakarnya, saya belajar bagaimana mendampingi psikologis anak didampingi psikolog sekolah, saya belajar tahsin bersama Ustadzah tersertifikasi, pun mau tak mau saya dipaksa murajaah dan menambah hafalan disimak ustadzah hafidzah, terlebih di lembaga kedua tempat saya mengabdi berfokus pada tahfidzul Qur'annya. Bersama JSIT saya jadi punya pengalaman bagaimana membersamai perkembangan pemuda usia SMP, bagaimana mengajarkan tahsin Qur'an untuk anak pra-TK, bagaimana mengajarkan Tematik dan membersamai siswa kelas 5 SD, bagaimana memanfaatkan ilmu semasa kuliah untuk membimbing olimpiade sains, bagaimana mendampingi rekaman vocal di studio dan masih banyak pengalaman lainnya. Dan yang sangat perlu disyukuri, di lembaga saat ini menyediakan ruang khusus dan hadhonah untuk mengasuh putra-putri guru, sehingga saya bisa meng-ASI-hi putri saya saat ada jeda.

 

Terima kasih JSIT, karenamu saya bertumbuh dan menumbuhkan. Selamat Dua Dasawarsa, InsyaAllah JSIT akan membuat Indonesia semakin tangguh dan menemukan kejayaan pada masanya. (Asri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages